Teori Media Framing: Memahami Peran Kunci dalam Penyajian Berita
Ilustrasi Media Framing (Foto: Masivaturk.com) |
Media framing atau kerangka media adalah konsep yang sangat penting dalam studi media dan komunikasi. Konsep ini membahas cara media massa memilih, mengorganisir, dan menyajikan informasi kepada masyarakat. Dalam konteks berita, teori framing memainkan peran kunci dalam membentuk persepsi publik tentang suatu isu atau peristiwa. Artikel ini akan membahas secara mendalam materi kuliah tentang teori media framing, menguraikan konsepnya, memberikan contoh, dan menjelaskan relevansinya dalam dunia media kontemporer.
Pendahuluan
Teori media framing merupakan alat analisis yang digunakan untuk memahami cara media massa mengendalikan cara kita memahami dan merespons berbagai peristiwa, isu, atau topik yang diliput. Kerangka media adalah proses pemilihan dan penonjolan aspek-aspek tertentu dari suatu cerita atau peristiwa, sementara mengabaikan atau meredam aspek lainnya. Hasilnya, berita yang disajikan kepada publik dapat memiliki berbagai makna, tergantung pada bagaimana media membungkus cerita tersebut.
Konsep Dasar Teori Media Framing
Teori media framing memusatkan perhatian pada beberapa konsep dasar yang penting untuk dipahami:
1. Framing as a Selection Process (Framing sebagai Proses Pemilihan)
Pada tingkat dasar, framing melibatkan pemilihan elemen-elemen cerita yang akan disajikan dalam berita. Misalnya, ketika sebuah media memutuskan untuk menyoroti cerita tentang kecelakaan mobil, mereka telah memilih untuk memasukkan informasi tentang lokasi, korban, penyebabnya, dan dampaknya. Namun, elemen-elemen apa yang dihilangkan atau diabaikan juga merupakan bagian dari proses framing. Media bisa memilih untuk tidak membahas aspek tertentu dari kecelakaan, seperti apakah pengemudi adalah seorang selebriti atau tidak.
2. Framing as a Presentation Process (Framing sebagai Proses Penyajian)
Selain pemilihan elemen cerita, framing juga melibatkan cara informasi tersebut disajikan. Ini mencakup bahasa yang digunakan, tata letak visual, judul berita, dan cara berita tersebut dibawakan. Sebagai contoh, sebuah berita tentang perubahan iklim dapat disajikan dengan judul yang dramatis seperti "Bencana Iklim Global: Kita Semua dalam Bahaya" atau dengan judul yang lebih netral seperti "Perubahan Iklim: Fakta dan Dampaknya."
3. Framing Effects (Efek Framing)
Efek framing merujuk pada dampak dari pemilihan dan penyajian berita yang digunakan oleh media. Berita yang diframing dengan cara tertentu dapat mempengaruhi cara pemirsa memandang isu atau peristiwa tersebut. Sebagai contoh, jika berita tentang pemogokan pekerja diberi framing negatif dengan menekankan gangguan dan kerugian ekonomi, itu dapat mempengaruhi pandangan pemirsa tentang pemogokan tersebut. Sebaliknya, jika berita tersebut diframing positif dengan menyoroti tuntutan pekerja yang adil, pemirsa dapat merespons dengan simpati terhadap pemogokan.
4. Frame Building (Pembangunan Kerangka)
Frame building adalah proses di mana media massa dan aktor-aktor lain, seperti pemerintah atau kelompok kepentingan, berusaha untuk membangun kerangka tertentu untuk sebuah isu atau peristiwa. Mereka melakukan ini dengan memilih aspek-aspek cerita yang akan ditekankan dan menggunakan bahasa serta narasi yang sesuai dengan kerangka tersebut. Contohnya, dalam konteks politik, seorang politisi mungkin mencoba membangun kerangka yang menekankan keberhasilan kebijakan ekonomi mereka sambil mengabaikan masalah sosial yang mungkin timbul.
Contoh-contoh Framing dalam Media
Untuk lebih memahami konsep teori media framing, mari lihat beberapa contoh praktis:
1. Framing Politik
Dalam konteks politik, media seringkali memilih untuk memframing seorang kandidat atau seorang partai politik dengan cara yang sesuai dengan narasi tertentu. Misalnya, sebuah berita politik dapat memilih untuk menggambarkan seorang kandidat sebagai pemimpin yang kuat dan berpengalaman atau sebagai politisi yang korup dan tidak dapat dipercaya. Cara ini akan memengaruhi cara pemilih memandang kandidat tersebut dan mungkin mempengaruhi keputusan mereka di bilik suara.
2. Framing Isu Kesehatan
Isu kesehatan seperti vaksinasi dapat diframing dalam berbagai cara. Sebuah berita yang memilih untuk menyoroti manfaat vaksinasi dan risiko penyakit yang dapat dicegah dapat mempengaruhi orang untuk mendukung vaksinasi. Di sisi lain, berita yang lebih menekankan pada efek samping vaksin atau potensi konspirasi dapat menghasilkan ketidakpercayaan terhadap vaksinasi.
3. Framing dalam Konflik Internasional
Dalam liputan konflik internasional, media juga berperan dalam memilih bagaimana cerita dikomunikasikan kepada masyarakat. Mereka dapat memilih untuk menyoroti penderitaan warga sipil dan dampak kemanusiaan atau fokus pada pertempuran militer dan aspek politik konflik. Framing yang digunakan akan memengaruhi simpati dan pemahaman masyarakat terhadap konflik tersebut.
Relevansi Teori Media Framing dalam Media Kontemporer
Dalam era media digital dan globalisasi, teori media framing tetap sangat relevan. Faktanya, media framing mungkin lebih berpengaruh daripada sebelumnya karena berita dan informasi tersebar lebih luas dan cepat melalui platform digital. Berikut beberapa cara di mana teori media framing relevan dalam konteks media kontemporer:
1. Polarisasi Media Sosial
Media sosial telah menjadi salah satu platform utama di mana berita dan informasi disebarkan. Dalam lingkungan ini, framing dapat digunakan oleh berbagai pihak, baik individu maupun kelompok, untuk memengaruhi pandangan dan op
ini publik. Terdapat berbagai jenis framing yang dapat memperkuat polarisasi, seperti framing identitas, framing konspirasi, atau framing yang mendukung pandangan politik tertentu.
2. Krisis Kesehatan dan Lingkungan
Dalam situasi krisis seperti pandemi COVID-19 atau isu perubahan iklim, media framing memiliki peran penting dalam membentuk tanggapan masyarakat. Cara berita disajikan dapat memengaruhi kepatuhan terhadap pedoman kesehatan atau dukungan terhadap tindakan perlindungan lingkungan.
3. Peran Media dalam Isu Sosial dan Politik
Media massa terus memainkan peran penting dalam membentuk opini publik tentang isu-isu sosial dan politik, seperti hak asasi manusia, ketidaksetaraan, dan keadilan. Cara media memilih untuk memframing isu-isu ini dapat memengaruhi dukungan masyarakat terhadap perubahan atau perlawanan terhadapnya.
Tantangan dalam Menganalisis Framing Media
Menganalisis framing media bukanlah tugas yang mudah. Ada beberapa tantangan yang mungkin dihadapi oleh peneliti atau analis media ketika mencoba memahami dan mengidentifikasi framing dalam berita:
1. Subjektivitas
Framing media seringkali bersifat subjektif, dan apa yang satu orang anggap sebagai framing positif, mungkin dianggap negatif oleh orang lain. Penilaian framing dapat sangat bervariasi tergantung pada latar belakang dan pandangan individu.
2. Keragaman Sumber Berita
Dalam era digital, berita disediakan oleh berbagai sumber, termasuk media tradisional, media alternatif, dan individu. Menganalisis framing dari berbagai sumber ini dapat menjadi tugas yang rumit.
3. Perubahan dalam Waktu Nyata
Berita terus berubah seiring berjalannya waktu. Framing sebuah cerita dalam satu waktu tertentu dapat berubah seiring dengan perkembangan peristiwa. Oleh karena itu, analisis framing media perlu memperhitungkan perubahan dinamis ini.
Kesimpulan
Teori media framing adalah alat penting dalam memahami cara media massa mempengaruhi pandangan masyarakat tentang berbagai isu dan peristiwa. Konsep framing melibatkan pemilihan elemen cerita, cara penyajian, dan efeknya terhadap masyarakat. Framing juga sangat relevan dalam media kontemporer, terutama dalam era media sosial dan isu-isu global seperti krisis kesehatan dan perubahan iklim. Namun, menganalisis framing media bukanlah tugas yang mudah, karena ia melibatkan subjektivitas, keragaman sumber berita, dan perubahan dalam waktu nyata. Bagaimanapun, pemahaman tentang teori media framing sangat penting untuk menjadi pembaca yang kritis dan paham dalam era informasi yang semakin kompleks dan terhubung.
Social Plugin